Selasa, 27 November 2018

Halo kawan, maafkan diriku yang telah lama tidak menyapamu hingga satu tahun terlewati. Aku tahu ini sudah sangat terlambat, tapi aku akan tetap melanjutkan kisahku dalam menggapai impianku untuk kuliah di luar negeri. Siapa tahu kau tertarik untuk membacanya dan membangkitkan motivasimu untuk menyusulku kemari.

Selepas seleksi interview, aku harus kembali ke rumah sebab seminggu lagi seleksi SBMPTN akan tiba. Aku tak boleh berleha-leha sebab ada mimpiku di Indonesia yang harus kugapai. Tapi entah mengapa mendekati hari seleksi SBMPTN tiba, motivasiku mulai menurun ada feelingku mengatakan bahwa aku tak akan lolos SBMPTN. Kian hari semakin kuat. Benar saja, satu bulan kemudian saat pengumuman SBMPTN tiba aku lagi-lagi dinyatakan tidak lolos. Tapi anehnya, tak ada lagi kesedihan dan tangisan. Seakan-akan aku tahu hal ini akan terjadi. Kali ini bukan aku yang kecewa, melainkan orang tuaku. Itulah yang membuatku merasa berat. Kali ini mama ikut turun tangan mencarikan informasi pendaftaran universitas jalur mandiri yang masih dibuka. Juga ikut menimbang-nimbang jurusan yang cocok dan bisa aku pilih. Aku jadi merasa tak tega. Aku berkata pada diriku sendiri, "Kalaupun aku tidak bisa masuk kuliah tahun ini aku siap kok untuk gapyear dan ikut seleksi SBMPTN lagi tahun depan." Tapi begitulah orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

Hingga akhirnya mama menemukan informasi penerimaan mahasiswa baru di UNS jalur mandiri. Aku merasa mendapatkan kesempatan kedua. Motivasiku kembali lagi. Tak henti-hentinya aku berdoa agar bisa diterima di kampus impianku tersebut. Tidak, kali ini aku tak lagi memilih psikologi, sebab seleksi jalur mandiri ini berdasarkan nilai SBMPTN, yang mana aku mengikuti ujian SOSHUM saat SBMPTN kemarin. Tidak apa, aku masih punya peluang untuk diterima di jurusan Ilmu Komunikasi. Hanya perlu memasukkan beberapa data, proses selanjutnya yaitu menunggu. Mendekati hari kemenangan umat Muslim di seluruh dunia, pengumuman itu pun tiba. Jatuh. Terpuruk. Lagi. Aku kembali ditolak mentah-mentah oleh kampus impianku tersebut. Sudah tidak ada harapan lagi untukku diterima disana. Aku kembali terpuruk hingga suasana lebaran yang biasanya begitu istimewa buatku kini menjadi kelabu. Aku sempat mengurung diri tak ingin ikut pergi mudik bersama keluarga. Aku butuh waktu untuk sendiri. Disaat itulah mama dan papa yang berusaha menguatkanku, yang selalu memelukku tiba-tiba dan membisikkan kalimat-kalimat pembangkit semangatnya. Tapi aku begitu keras kepala, berusaha untuk tidak mendengarkan petuah mereka sebab aku begitu rapuh, tiap kali mendengar petuahnya aku tak mampu membendung air mata. Karena aku tahu, mereka juga sedih mereka juga kecewa. Tapi mereka berusaha untuk tegar dan kuat. Lebaran 2017 adalah saat-saat terberat tak hanya bagiku, tapi pasti juga bagi kedua orang tuaku. Sebab kutahu, sanak saudara akan menanyakan kabarku yang hendak kuliah dimana. Aku harus menjawab apa? Sementara pengumuman YTB entah tak jelas kabarnya.


Sekitar bulan Juli aku kembali mencoba peruntunganku. Seleksi mahasiswa baru D3 di Universitas Brawijaya. Kini aku sudah pasrah apapun hasilnya. Aku mulai lelah belajar yang selalu saja tak membuahkan hasil. Tapi tak kusangka, kini takdir berpihak kepadaku. Aku diterima di Universitas Brawijaya dengan program studi Hubungan Masyarakat. Senang? Tentu saja! Pengorbananku kini membuahkan hasil. Tapi, lagi-lagi aku dibuat bimbang. Sebab tiba-tiba keluargaku merasa berat hati atas penerimaan ini. Aneh. Apalagi ketika awal Agustus pengumuman YTB untuk mahasiswa S2 dan S3 sudah keluar. Sedangkan untuk mahasiswa S1 entah kapan. Disitulah aku merasa bimbang, terlebih tenggang waktu untuk membayar UKT telah dekat. Entah ada apakah gerangan tiba-tiba kedua orang tuaku memintaku untuk menunggu saja dulu pengumuman YTB. Daripada biaya UKT terbuang sia-sia jikalau aku keterima beasiswa YTB. Aku tak yakin, feelingku tak bisa bekerja dengan baik. Aku sempat berdebat dengan papa akan hal ini, jikalau tenggang waktu habis dan aku belum membayar UKT lalu setelahnya pengumuman YTB tiba dan aku tidak diterima, lantas apa yang harus kulakukan? Akhirnya, setelah perdebatan yang cukup sengit itu, aku pun membayar UKT dan mengikhlaskan apapun hasil beasiswa YTB nantinya. Aku sudah ikhlas.

Aku tak lagi ingat bahwa aku sedang menunggu pengumuman YTB sebab tugas-tugas ospek menyita waktuku. Inilah aku sekarang, mahasiswa baru Hubungan Masyarakat di Universitas Brawijaya. Ospek membuatku lelah hingga sempat jatuh sakit. Tenang saja, tidak ada kekerasan. Hanya saja tugas-tugas yang harus aku selesaikan dalam waktu semalam. Membuat essay, menulis opini, membuat video singkat, dsb. Selesai ospek universitas, esoknya ospek fakultas dilangsungkan tanpa ada jeda. Selesai ospek fakultas selama 3 hari kami harus mengikuti perkemahan di salah satu kawasan tentara di kota Malang (Maaf aku lupa namanya hehe). Pada perkemahan ini kami diajarkan baris berbaris, juga diberikan materi tentang bela negara yang nantinya sebelum pulang akan dilaksanakan ujian sebagai nilai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Kami berangkat sore hari dari fakultas menaiki mobil tentara. Saat hendak berangkat ada perasaan tak enak dalam diriku. Terlebih beberapa temanku memilih izin tidak mengikuti perkemahan dan memutuskan untuk menyusul di perkemahan tahun depan. Aku jadi semakin bimbang. Tapi perasaan tak enak itu berusaha kuabaikan. Aku harus siap mengikuti perkemahan selama 5 hari ini. Kami dibagi 2 kloter dengan tempat menginap yang berbeda. Untungnya aku berada di barak tentara yang tidak terlalu ketat penjagaannya, sehingga aku masih bisa menggunakan alat komunikasi ketika malam hari setelah selesai kegiatan. Hari itu kami tiba di lokasi sudah menjelang Isya' yang artinya kegiatan pembukaan akan dimulai esok hari. Malam itu kami boleh beristirahat. Aku tak ingat tidur jam berapa, yang kuingat adalah aku bangun jam 3 pagi saat mendengar adzan berkumandang. Aneh. Alarm handphone-ku belum juga berbunyi, ini juga baru jam 3 pagi kenapa aku sudah mendengar suara adzan. Tak ingin berpikir yang aneh-aneh, aku akhirnya membuka sosial mediaku. Notifikasi Line yang menumpuk menyita perhatianku. Aku kaget bukan main, sebagian dari mereka mendapat e-mail pengumuman final beasiswa YTB. Aku sudah ikhlas, tapi aku juga penasaran. Akhirnya aku mencoba mengecek e-mailku. Aku terkejut dan hampir berteriak histeris saat melihat e-mail masuk yang ada di urutan teratas. Dear ALINDA PUTRI DEWANTI, We are pleased to inform you that you have been selected by the Turkiye Scholarships Committee to receive a scholarship for undergraduate study in Turkey. (Maaf screenshot e-mailnya sudah tidak ada)

Aku terkejut dan merasa tidak percaya. Pengorbananku selama ini tidak sia-sia. Ini semua berkat campur tangan Allah juga. Allah tahu apa yang terbaik bagi hambanya. Sebab, mimpi kuliah di Turki bukanlah suatu hal yang mudah. Mungkin berbagai ujian yang aku hadapi sebelum ini merupakan ujian dari Allah agar aku menjadi manusia yang kuat juga untuk membuktikan bahwa aku memang siap dan pantas untuk menimba ilmu di negeri seberang. Sebab aku yakin selanjutnya aku pasti akan menghadapi berbagai ujian yang mungkin saja lebih berat dari ini. Ingat, mimpi yang besar, membutuhkan perjuangan yang besar pula. Dan jangan lupa untuk selalu melibatkan Tuhan di setiap impian dan doamu. Selamat mengejar impian, kutunggu kedatanganmu di negeri dua benua^^

Jurnal Alin . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates