10 Bangau Kertas
Aku mengagumimu.
Mengagumi dalam diam. Kau selalu hadir dengan senyum khasmu untuk menghiburku.
Kita memang hanya sebatas teman. Entah sejak kapan rasa itu perlahan mulai
berganti. Vicko, itulah namamu. Pertemanan kita terjadi secara tidak sengaja.
Waktu itu aku sangat sedih ketika kehilangan sahabat terbaikku. Taman belakang
sekolah sudah menjadi wilayahku. Tempat yang cocok untuk menghibur diriku. Tak
ada yang menggangguku. Aku bebas menangis, tersenyum melihat burung-burung
kecil, dan bersenandung di sana. Hingga suatu hari, tak sengaja kau menemuiku
sedang menangis di sana. Nampaknya kau ingin menyiram bunga-bunga yang ada di
taman. Aku langsung mengusap air mataku. Aku tak ingin ada yang melihatnya. Kau
pun salah tingkah dan meminta maaf kepadaku karena tak sengaja datang. Aku
hanya menjawab dengan senyuman parau.
Kau malah
mendekatiku. Aku masih mengingat kalimat pertama yang terucap dari bibir
mungilmu. “Are you okay?”. Tak sopan jika aku terus-terusan menjawab dengan
senyuman. Kuhela nafas panjang-panjang, memberanikan diri berbicara denganmu.
“Ya, I’m okay,”
itulah jawabku.
“Okay aku tidak
akan memaksamu walau aku tahu ada sesuatu yang kau sembunyikan.” Aku semakin
kikuk.
“No no, aku
tidak indigo. Aku hanya menebaknya. Terlihat dari wajahmu dan air matamu yang
membekas di pelupuk matamu,” lanjutmu
sepertinya tahu apa yang kupikirkan.